Morowali Utara, Sulawesi Tengah – Tepat pada hari Minggu, 17 Agustus 2025, hujan deras yang mengguyur pagi itu tak menyurutkan langkah puluhan karyawan Nadesico Nickel Industry (NNI) untuk berdiri tegak di lapangan kantor pusat perusahaan.
Dengan seragam kerja masing-masing departemen, para karyawan berkumpul dalam satu barisan rapi, menyatukan hati dalam Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.
Suasana haru menyelimuti, bukan hanya karena momentum bersejarah yang diperingati, tetapi juga karena semangat kebersamaan yang terpancar dari seluruh peserta upacara.

Di tengah perbedaan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama, upacara ini menjadi simbol bahwa kemerdekaan adalah milik semua orang yang menghargai perjuangan dan persatuan.
Adapula yang membuat momen ini semakin istimewa, beberapa karyawan asal Tiongkok yang bekerja di bawah naungan CNGR turut serta mengikuti upacara dengan penuh khidmat.
Walau berasal dari negara berbeda, mereka menunjukkan apresiasi dan rasa hormat yang tinggi terhadap peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Dengan wajah serius dan sikap penuh penghormatan saat bendera Merah Putih dikibarkan, mereka memberi pesan kuat, bahwa kemerdekaan, perjuangan, dan nilai-nilai persatuan adalah bahasa universal yang bisa dipahami siapa saja.
Salah satu karyawan Tiongkok yang hadir bahkan menyampaikan, meski ia tidak memahami sepenuhnya bahasa Indonesia, ia bisa merasakan semangat yang sama, yaitu semangat tentang cinta tanah air, pengorbanan para pahlawan, dan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan.
Upacara 17 Agustus ini bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan pengingat akan pengorbanan para pahlawan bangsa yang rela meninggalkan kenyamanan demi merebut kebebasan.

Karyawan NNI memaknainya sebagai dorongan moral untuk bekerja dengan dedikasi, menumbuhkan disiplin, dan menyalakan api semangat juang dalam kehidupan sehari-hari.
“Kemerdekaan ini bukan hanya hadiah, melainkan amanah dari para pejuang yang harus kita rawat dan jaga. Di tengah derasnya hujan pun kita tetap berdiri tegak, karena kita sadar bahwa semangat juang itu tidak boleh luntur oleh keadaan apa pun,” ucap salah satu perwakilan karyawan yang ikut dalam upacara tersebut.
Selepas upacara, panitia membagikan boneka CNGR kepada setiap karyawan. Momen sederhana ini menjadi simbol rasa kebersamaan dan penghargaan terhadap kontribusi seluruh karyawan, baik dari Indonesia maupun Tiongkok.

Tawa dan canda mewarnai suasana, namun tetap diiringi rasa syukur mendalam bahwa kemerdekaan telah memberikan ruang bagi semua orang untuk bekerja, berkarya, dan hidup dalam damai.
Seragam kerja yang berbeda-beda justru memperlihatkan keindahan keberagaman.
Sama halnya dengan bangsa Indonesia yang memiliki ratusan suku, bahasa, dan budaya, namun tetap bisa bersatu dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Dari peringatan kemerdekaan ini, setidaknya ada tiga pelajaran penting yang bisa dipetik oleh generasi penerus:
1. Pengorbanan adalah kunci perubahan.
Para pahlawan mengajarkan bahwa kemerdekaan tak pernah datang dengan mudah. Begitu pula dalam dunia kerja maupun kehidupan, kesuksesan lahir dari perjuangan dan pengorbanan.
2. Persatuan adalah kekuatan.
Meski berbeda budaya, bahasa, maupun agama, kebersamaan tetap bisa dibangun. Sama seperti karyawan NNI yang bersatu dalam satu barisan, Indonesia pun berdiri tegak karena semangat persatuan.
3. Semangat juang harus diwariskan.
Jika dulu para pahlawan berjuang dengan bambu runcing, hari ini generasi muda berjuang dengan ilmu, inovasi, dan integritas dalam bekerja.
Perayaan Hari Kemerdekaan di NNI menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, melainkan kebebasan untuk terus berkembang dan memberi makna.

Karyawan NNI, baik dari Indonesia maupun Tiongkok, pulang dari lapangan upacara hari itu dengan hati yang hangat. Ada rasa syukur, ada kebanggaan, dan ada pula motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih disiplin, dan lebih berdedikasi.
Karena sejatinya, kemerdekaan hanya akan berarti jika generasi penerus mampu mengisinya dengan kerja keras, solidaritas, dan karya nyata.
Hujan deras di pagi itu mungkin membasahi tubuh, tetapi semangat yang berkobar di hati setiap peserta upacara justru semakin menguatkan, bahwa perjuangan para pahlawan adalah api abadi yang harus terus dijaga.***